Poso,Buletinsulawesi-Rencana pemerintah membangun lokasi wisata taman air di Tentena yang anggarannya bersumber dari CSR PT Poso Energy salah satunya menyentuh jembatan tua Pamona yang bersejarah, banyak warga yang tidak setuju menyuarakan pendapatnya di media sosial. Beberapa orang mencoba mengkongkritkan sikap penolakan itu di dunia nyata. Budayawan Poso, Yustinus Hokey meminta agar rencana merubah jembatan itu dipikirkan kembali.
“Jembatan itu dari kayu tahan lama, itu kayu khusus. Selain memuat kearifan lokal, jembatan itu sarat sejarah. Jadi kalau mau direnovasi tetap pake kayu”kata Yustinus. Menurut maestro budaya Indonesia ini, kondisi kayu yang menyangga jembatan itu sampai sekarang masih kuat. Sikap Yustinus sebenarnya sudah lama diungkapkan lewat syair lagu Yondo Pamona yang dituliskannya pada awal tahun 90an.
‘Kupowani siko yondo m’Pamona, Pamona todo tenjani n’Tentena, siko na pangkeni tau rata, lese na mpo palindo ndaya’ artinya, kukagumi engkau jembatan Pamona, jembatan Pamona yang tetao ada di Tentena, engkau akan menjadi warisan dimasa depan, indah dilubuk sanubari.
Pada masanya, jembatan Pamona menjadi satu-satunya sarana penyeberangan massal. Pada masa itu jembatan digunakan untuk memudahkan mobilitas penginjil seperti AC Kruitj yang rumahnya berada diujung sebelah timur jembatan.
Meski menyarankan untuk meninjau kembali rencana renovasi atau pembongkaran jembatan tua itu, Yustinus setuju jika dilakukan penataan pinggiran sungai sepanjang kelurahan Sangele-Tentena yang sudah dipenuhi bangunan. Yustius bahkan menyarankan agar pemerintah dan DPRD membuat peraturan daerah untuk menatanya sehingga dimasa mendatang tidak terjadi penyempitan aliran sungai seperti di kota-kota besar seperti Jakarta.
Sementara itu, kepala dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) kabupaten Poso, Josef Magido mengatakan, jembatan Pamona sesungguhnya sudah mengalami beberapa kali renovasi. Menyikapi polemik kali ini Yosef mengatakan akan ada sosialiasi pada bulan April nanti. Ditegaskannya, pemerintah khususnya Bupati pasti mendengarkan suara masyarakat.
“Kalau masyarakat menolak, pasti itu didengarkan. Tapi kita tidak bisa mengatakan jembatan itu akan dibongkar karena masih akan ada sosialisasi dan pada akhirnya pak Bupati akan memutuskan yang terbaik,”kata Yosef.
Perdebatan mengenai rencana pemda merenovasi atau merubah jembatan Pamona bukan hanya soal bagaimana bentuknya nanti, akan tetapi apakah memang menjadi kebutuhan masyarakat. Aktivis lingkungan Jimmi Methusala menyoroti sumber anggarannya yang berasal dari dana kewajiban perusahaan (CSR) dari PT Poso Energy. Dikatakannya, seharusnya dana CSR diperuntukkan bagi masyarakat desa diseputaran danau Poso yang sudah menjaga lingkungan sehingga sumber airnya tetap terjaga.
“Lalu kenapa anggarannya untuk jembatan? apa kaitannya dengan keberlanjutan air di danau Poso. Bukankan yang berjasa membuat air danau tetap seperti sekarang karena masyarakat desa-desa di pinggir danau Poso yang menjaga hutan mereka. Saya pikir ini yang harus diperhatikan,”tegas lelaki yang akrab disapa ‘Bu’ ini.
Sebelumnya kepala Bapelitbangda Poso, Suratno Teguh mengatakan, rencana tahap awal pembangunan taman air Tentena, termasuk perubahan atau renovasi jembatan dimulai bulan Mei nanti setelah terlebih dahulu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat.