POSO- Sudah dua pekan terakhir pasar Sentral Tentena terlihat sepi dibanding sebelumnya. Biasanya setiap hari, terutama hari Jumat dan Sabtu ramai pembeli. Banyak pedagang menggelar jualan sampai di pagar pasar. Namun sejak wabah Corona muncul bisa dihitung pembeli yang datang. Pedagang mulai menerima dampaknya. Bukan hanya takut dan rugi. Tapi juga bisa hilang sumber penghidupan.
Ibu Femi, salah seorang pedagang bahan kebutuhan sehari-hari termasuk yang mulai merasakan dampak sepinya pasar. Sebelum wabah Corona datang, biasanya dia memesan 1 kas tomat berisi sekitar 100 kg dengan harga 650 ribu. 1 kas tomat itu terjual habis selama 3-4 hari saja. Begitu juga sayuran dan dagangan yang lain, terjual sebelum layu. Kini semua benar-benar berubah. Pembeli berkurang drastis.
Bersama pedagang lain, ibu Femi mengubah strategi biar rugi tidak makin besar. Stok jualan dikurangi. Tomat yang biasanya dipesan 1 kas kini hanya dipesan 5 kilo, sayur setengah dari biasanya, kacang merah 10 kg saja. Tapi ternyata tetap saja masih banyak yang tersisa meski sudah seminggu dipajang. Menurut dia, jumlah pembeli sudah benar-benar berkurang .
Pantauan tim bambari lipu di pasar Sentral pada pagi hari kemarin, kondisinya memang benar-benar sepi. Biasanya masih banyak warga merubungi para pedagang di lapak sayur, ikan atau daging. Namun sudah beberapa hari ini pemandangan itu tidak terlihat. Beberapa orang warga mengatakan, mereka mulai berbelanja di kios-kios yang menjual sayuran disepanjang jalan dalam kota tentena. Bahkan pedagang ikan kini juga sudah mulai meninggalkan pasar dan berpindah ke pinggir jalan untuk menjangkau pembeli yang lebih banyak.
Menyusutnya omzet penjualan para pedagang juga dipengaruhi oleh keputusan pemerintah dan lembaga agama meniadakan kegiatan berkumpul seperti pesta dan ibadah. Ibu Femi menyebut, selama ini sebagian besar pelanggannya membeli untuk kebutuhan perayaan ibadah hingga sukuran. Ini merupakan dua kegiatan yang mendorong tingginya kebutuhan bahan pokok di Tentena dan sekitarnya.
Mama Ika, pedagang lain di pasar Sentral Tentena menuturkan, sepekan dia bisa menyiapkan stok kacang merah sebanyak 25 kilogram. Persediaan sebanyak itu biasanya habis kurang dari 5 hari. Sekarang, dia hanya memesan 5 kilogram dan sudah sepekan masih bersisa sekitar 3 kilogram.
Sudah sejak pertengahan Maret 2020, PGI mengeluarkan imbauan dan surat kepada warga Kristen untuk tidak menyelenggarakan ibadah di Gereja dan memindahkannya ke rumah masing-masing selama 2 pekan kedepan. Sementara Sinode GKST juga mengeluarkan himbauan kepada warganya untuk berdoa dari rumah masing-masing selama masa pandemik ini.
Bukan hanya pedagang di pasar Tentena. Menurunnya penjualan juga terjadi di pasar Sentral Poso. Sebabnya juga sama, semakin sedikit orang yang datang berbelanja karena khawatir tertular virus covid 19 di kerumunan. Selain kekhawatiran, naiknya harga-harga bahan pokok membuat pasar semakin sepi. Harga gula pasir 1 kilogram misalnya, naik menjadi Rp 18 ribu rupiah, sebelumnya harganya Rp 12 ribu rupiah. Beras juga ikut naik dari Rp 10 ribu per kilogram menjadi Rp 11 ribu.
Alasan kenaikan karena pasokan kurang. Padahal bupati Poso telah mengeluarkan surat edaran bernomor 491/ 0821/III/DISKOMINFOSANDI/2020 yang melarang pedagang di pasar, mall, minimarket dan toko menaikkan harga barang.