POSO-Pemenuhan hak kesehatan ibu hamil dan bayi dengan perbaikan asupan gizi secara dini menjadi salah satu cara pencegahan terjadinya stunting pada anak. Hal tersebut dikatakan Sekretaris Daerah Kabupaten Poso Yan Edward Guluda, yang didampingi Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Poso, Crisnawaty Limbong ketika membuka kegiatan Dialog antara Guru, Orang Tua dan Anak di Pendolo Senin, 19/10 diikuti sejumlah guru dan siswa serta orang tua siswa.
Sekda juga menyampaikan bahwa pemenuhan gizi terhadap ibu hamil dan anak tidak perlu harus mahal yang terpenting kandungan gizinya cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan anak. Menurutnya ibu hamil dan bayi jika kekurangan gizi akan berdampak pada pertumbuhan anak yang bisa menyebabkan stunting.
“Stunting adalah suatu kondisi ketika tubuh dan otak anak tidak mengalami perkembangan secara optimal, tubuh lebih pendek dan kemampuan berpikir cenderung lebih lambat dari seusianya.” Jelas Sekda. Karena itu sekda mengingatkan kepada orang tua untuk terus memantau pertumbuhan anak secara berkala dengan membawa ke Posyandu.
Penyebab lain terjadinya stunting terhadap anak menurut sekda adalah trauma kekerasan yang dialami anak baik kekerasan fisik maupun mentalnya. Olehnya Sekda meminta selain guru, orang tua dan masyarakat harus berperan dan tanggap bila terjadi kasus kekerasan.
Melalui kegiatan dialog bersama yang dilaksanakan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Poso tersebut sekda berharap para peserta dapat memahami materi yang disampaikan para narasumber agar masalah stunting serta upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Poso dapat dilakukan secara bersama-sama demi mewujudkan SDM yang unggul, pintar, berkualitas dan berkarakter.
Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Poso Dra, Crisnawaty Limbong menyebutkan bahwa kegiatan serupa juga akan dilaksanakan besok di Tentena Kecamatan Pamona Puselemba pada Tanggal 20 Oktober 2020 dengan menghadirkan pemateri yang kompeten dan profesional. Maksud dan tujuan dilaksanakan kegiatan ini menurutnya untuk menyatukan persepsi bersama antara orang tua, guru dan anak didalam pencegahan terjadinya stunting anak serta langkah preventif untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak di kabupaten Poso.
Mengenai stunting. Data Dinas Kesehatan kabupaten Poso tahun 2017 mencatat ada 603 orang balita yang mengalami Stunting, jumlah ini berkurang dibanding tahun 2016 dimana jumlahnya tercatat sebanyak 1.175 kasus. Kepada sejumlah media, beberapa waktu lalu, kepala dinas Kesehatan kabupaten Poso, dokter Taufan Karwur menyebut, kasus ini terjadi karena asupan gizi sejak dini kepada remaja putri, calon pengantin hingga ibu hamil tidak cukup.
Dokter Taufan menepis banyaknya kasus ini karena faktor kemiskinan. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya makan makanan bergizi yang masih kurang. Untuk membenarkan pendapatnya, Taufan menyebut tidak sedikit bayi stunting berasal dari keluarga berada, meskipun umumnya ada di level keluarga menengah kebawah.
Perubahan budaya makan menjadi salah satu sebab banyaknya kasus ini. Munculnya makanan cepat saji dan kebiasaan membeli makanan-makanan tidak sehat untuk mengikuti gaya hidup orang kota kini menjadi kebudayaan baru di kabupaten Poso. Alasannya untuk kepraktisan, tidak ingin repot atau membuang waktu untuk memasak.
Kemiskinan tentulah menjadi salah satu faktor penting penyebab Stunting. Secara teori, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan makanan bergizi dalam keluarga karena kemiskinan adalah hal yang sulit dibantah. Belum lagi budaya patriarkhi dimana kebutuhan ayah akan diutamakan, yakni rokok. Data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2017 menyebutkan, pengeluaran untuk membeli rokok oleh masyarakat miskin mencapai 11 persen dari pengeluaran mereka dalam sebulan.(Hms)