POSO -PT. Poso Energy mengaku akan memberikan kompensasi kepada warga disekitar danau Poso yang terdampak akibat kenaikan air permukaan danau Poso.
Kepala dinas pertanian Poso Suratno mengatakan, sejak 7 bulan terakhir ada sekitar 400 hektar sawah yang gagal tanam dan 94 ekor Kerbau yang mati akibat kenaikan air danau Poso. Hasil laporan yang diperoleh menyebutkan, kerbau-kerbau warga itu mati akibat kurang gizi setelah lokasi penggembalaan mereka akibat teredam air. Selain itu warga pemilik kerbau di Desa Tokilo dan Tindoli kerap di denda oleh warga desa tetangga seperti Korobono karena tanaman mereka dirusak oleh kerbau yang terdesak akibat kekurangan makanan.
Suratno mengatakan, saat ini kerbau-kerbau di wilayah itu susah mencari makan sehinga warga akhirnya meminta ganti rugi ke pihak PLTA Poso Energy.
Humas PT. Poso Energy Handian dalam jumpa pers bersama sejumlah wartawan hari Senin 9 November 2020 kemarin mengatakan, rencana ganti rugi ini bukan hanya akan dilakukan untuk warga kecamatan Pamona Tenggara, namun secara keseluruhan wilayah terdampak. Dia mengakui tidak bisa kami pungkiri naiknya air danau Poso akibat pengaruh dari operasional perusahaan mereka. Hal ini terjadi sejak 7 bulan lalu.
“Kami telah melakukan dialog bersama warga terdampak di kecamatan Pamona Puselemba, Pamona Barat dan Pamona Tenggara. Kami telah menerima usulan warga terkait dampak dari naiknya air danau”kata Handian. Selain itu menurutnya tidak semua banjir di sawah warga disebabkan karena Poso Energy. Dia menyebut hal itu juga karena ada 6 sungai bsear yang jika banjir menggenangi ratusan hektar sawah dan lahan gembalaan warga.
Namun, sampai saat ini perusahaan milik keluarga Jusuf Kalla itu belum setuju dengan luas areal yang terdampak yang disampaikan oleh warga. Data dari pihak perusahaanmenyebutkan, yang terdampak hanya sekitar 200-300 hektar. Sementara dari warga dan dinas pertanian menyebutkan sekitar 400 ratus lebih hektar.
Irma Suryani meragukan data yang disampaikan dinas pertanian mengenai jumlah sawah dan kerbau warga yang mati. Namun laporan itu akan mereka jadikan referensi untuk melakukan upaya selanjutnya. Perusahaan yang berbasis di Makassar ini mengatakan siap membantu warga terdampak dengan menyiapkan lapangan serta ternak dan pengadaan sejumlah bantuan bibit kepada warga terdampak.
Sementara itu, Camat Pamona Tenggara Yunirson Penyami kepada media ini mengaku, sejak ratusan tahun mereka hidup di wilayah itu dengan beberapa sungai yang ada di wilayahnya seperti sungai Kodina dan lainya, jika musim penghujan memang membanjiri lahan pertanian dan peternakan. Namun hanya sekitar dua minggu telah surut.
Dia mengatakan, berdasarkan pengalaman mereka yang hidup dan bercocok tanam di pinggir danau baru kali ini menghadapi kondisi seperti saat ini. Yunirson menyebutkan terendamnya sawah dan padang penggembalaan terjadi setelah ada (aktifitas)perusahaan sejak bulan Januari sampai bulan November tahun 2020. Dulunya kondisi seperti ini tidak pernah terjadi.
” Kami sejak puluhan tahun tinggal di daerah ini tapi tidak banjir seperti saat ini. Ini disebabkan oleh adanya Poso Energy. Terkait dengan kurugian warga seperti lahan persawahan dan peternakan yang tergenang banjir, .mereka minta ganti rugi lahan dan ternak yang mati, kepada Poso Energy,” Jelas Yunirson Penyami. Camat juga mengakui sejak awal tahun 2020 sebanyak 94 ekor kerbau di tiga desa, Tokilo, Tindoli dan Tolambo mati. Yunirson mengatakan, warga tahu sebabnya oleh air danau yang tak kunjung surut.
“Tahun ini dua semester tiga desa di wilayah saya terpaksa tidak bisa bersawah akibat air danau tidak surut padahal sebelumnya mereka tetap bertani sawah. Kami ingin agar jangan ada gesekan antara PT. Poso Energy dan warga di sana,” ujar kades Tokilo.
Kades Tokilo mengatakan mereka datang ke Poso Energy sebab ada persoalan di sana yang disebabkan oleh Poso Energy. “Sebenarnya perjanjian ganti rugi itu telah lewat dan belum diselesaikan oleh pihak perusahaan”katanya. Dan sampai saat ini belum ada penyelesaian ganti rugi yang dijanjikan perusahaan itu. Akibatnya, warga desa Tokilo menurut kepala desanya saat ini sudah tidak yakin lagi dengan komitmen itu. Sebelumnya lahan mereka tidak tergenang seperti saat ini.
Petani dari desa Tokilo mengatakan keadaan danau Poso yang lebih mengetahuinya adalah warga lokal, bukan dari pihak PT. Poso Energy, melalui citra satelit dan laporan ilmiahnya.
Salah seorang petani di Tokilo mengatakan, perusahaan harus memberikan kompensasi terhadap kerugian warga. Sebab kondisi yang mereka alami karena adanya pengerukan di sekitar hulu sungai Poso oleh PT. Poso Energy.
Kepala desa Pasir Putih kecamatan Pamona Selatan, Yansel Ondja mendesak PT. Poso Energy harus segera melakukan ganti rugi kepada warga peternak dan petani sawah.
Sedangkan pihak PT. Poso Energy mengatakan Pihak perusahaan sedang mempelajari jumlah kerugian warga dan berjanji akan lakukan kompensasi itu.
” Kami berjanji akan segera memberikan kompensasi kepada warga dengan melalui verifikasi dan prosedur terhadap siapa yang berhak menerimanya agar jangan salah sasaran,” tutup Handian.(Dy)