Poso Kota, Buletin Sulawesi – Tahun 2018 merupakan tahun politik. Ya, Sebab saat itu musim kampanye pemilu legislatif 2019 sudah dimulai untuk memperebutkan 30 kursi DPRD Poso. Bila melihat komposisi kursi hasil pemilihan 2014 lalu yang dikuasai Demokrat dengan 8 kursi, disusul Golkar 5 kursi dan Gerindra 4 kursi maka kemungkinan pemenang pileg 2019 tidak jauh-jaunt dari ke empat partai besar ini. Ditengah persaingan itu, Golkar optimis mampu menambah 5 kursi lagi.
Fungsionaris DPD Golkar kabupaten Poso, Syarifudin Odjobolo mngungkapkan sikap optimis partainya mampu mendapatkan 10 kursi di 2019 nanti. Dia menyebut, perubahan peta politik kabupaten Poso sejak 2015 lalu menjadi gambaran berubahnya kekuatan parpol-parpol peserta pemilu.
“Dalam keadaan terjepit kami masih mampu merebut lima kursi. Kedepan tentu kami lebih mudah bergerak karena tidak ada tekanan lagi “kata politisi asal dapil Poso Pesisir bersaudara ini. Dalam dua kali pemilu legislatif sebelumnya Demokrat menjadi pemenang dengan raihan 8 kursi. Pada pileg 2014 lalu, partai yang dipimpin oleh Piet Inkiriwang ini menguasai 3 dari 4 daerah pemilihan, di dapil Pamona bersaudara mereka mendapatkan 3 dari 11 kursi yang diperebutkan, di dapil 1 yakni Poso Kota bersaudara yang menyediakan 9 kursi, Demokrat sukses mendapatkan 2 kursi. Di dapil 4 yakni wilayah Poso Pesisir bersaudara yang menyiapkan 6 kursi, Demokrat juga sukses mendapatkan 2 kursi dan di dapil 3 yang meliputi lembah Napu dan Bada, Demokrat meraih 1 kursi dari 4 jatah yang tersedia.
Kepe mimpinan ketua DPC Demokrat Piet Inkiriwang yang juga menjabat Bupati saat pileg 2009 dan 2014 tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu faktor kunci kemenangan partai bentukan SBY ini. Sementara Golkar yang meskipun pada pilkada 2010 kalah, namun saat pileg 2014 justru Berhasil menambah perolehan kursi legislatif dari 4 menjadi 5. Hal inilah yang dimaksudkan Syarifudin Odjobolo bahwa meskipun dalam keadaan terjepit, partainya masih bisa menambah kursi dan suara.
Namun banyak pihak meragukan target menang partai beringin ini pada pileg 2019 nanti. Pasalnya, tidak terlihat ada kegiatan menonjol yang dilakukan Golkar seperti partai lainnya yang mulai memanaskan mesin mereka jelang masa kampanye. Pengurus Golkar lainnya, Sahir Sampeali mengatakan partainya bergerak lebih senyap sehingga sering tidak terekspos seperti partai lain.
” Tapi kalian bisa lihat mayoritas umbul-umbul yang berdiri di desa sekarang warna kuning,”kata Syarifudin. Dia menambahkan target menambah kursi memang berat namun dia optimis Golkar mampu mencapainya, selain komposisi caleg yang akan ditawarkan kepada rakyat pada pileg nanti, kepemimpinan ketua DPD Golkar Darmin A Sigilipu yang kini menjabat Bupati menjadi salah satu faktor penentu yang diyakini mampu mendongkrak perolehan kursi partai. Bagi publik Poso tentu menarik pula melihat adu strategi Piet Inkiriwang dibawah bendera Demokrat dengan Darmin A Sigilipu yang mengomandani Golkar. Ini memgingatkan Pertarungan pilkada 2015 lalu yang dimenangkan Darmin.
Sama dengan Demokrat, Kursi partai Golkar di DPRD saat ini didapat dari semua dapil. Bahkan di dapil Pamona bersaudara, mereka mendapatkan 2 kursi, Bertambah 1 kursi dibanding pileg 2009. Berbanding terbalik dengan Demokrat yang justru kehilangan 1 kursi di pileg 2014.
Jika melihat sejarah pileg di Sulteng, partai Golkar memang tidak pernah terlempar dari posisi 3 besar perolehan kursi legislatif di kabupaten apalagi provinsi. Sejak era orde baru dan lahirnya orde reformasi Golkar tetap menjadi pemenang di pentas politik kabupaten Poso. Kecuali saat pileg 2004. Partai Damai Sejahtera (PDS) tiba-tiba menyeruak dengan 5 kursi, mengalahkan partai-partai mapan seperti Golkar, PDIP dan partai berbasis pemilih islam seperti PPP.
Kemenangan PDS tidak lepas dari pengaruh konflik bernuansa Sara yang baru reda 2 tahun sebelumnya. Polarisasi sikap pemilih yang dipengaruhi sentimen keagamaan saat itu tidak dapat dipungkiri paling kuat terjadi di dapil Pamona bersaudara yang menjadi salah satu lokasi konsentrasi pengungsian. Namun 5 tahun kemudian, peta politik kembali berubah ditandai dua hal, relasi sosial ditengah masyarakat yang semakin membaik dan ketika Bupati yang diusung PDS pada pilkada 2005, Piet Inkiriwang menahkodai partai Demokrat. Hasilnya, pada pileg 2009 kursi PDS melorot hingga tersisa 3 kursi saja. Sementara Golkar tetap konsisten di posisi ketiga dengan 3 kursi.