POSO,Buletinsulawesi.com- Sejumlah tokoh masyarakat sekitaran danau Poso bertemu dengan akademisi dan peneliti serta pegiat sosial mendiskusikan sebuah perjalanan menyusuri wilayah di sekeliling danau Poso untuk menggali pengetahuan dan cerita tentang pengalaman dan sejarah bencana yang pernah terjadi dimasa lalu. Perjalanan itu dinamakan Ekspedisi Poso.
Sejumlah arkeolog seperti Iksam dari Museum Sulteng, para geolog dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia(IAGI), perkumpulan SKALA, institut mosintuwu, Nemu Buku, APDP dan Sinekoci serta Herry Koswara peneliti LIPI turut bergabung dalam ekspedisi yang direncanakan akan berlangsung selama 2 tahun.
Dalam diskusi selama dua hari di Dodoha Mosintuwu, banyak cerita dan pengalaman leluhur orang Poso khususnya Pamona yang menggunakan tanda-tanda alam untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya bencana. Misalnya diceritakan R Kabaya, tokoh adat kelurahan Tendeadongi yang menceritakan kokok ayam yang tidak berbalas di malam hari menjadi kemungkinan akan terjadinya bencana, atau burung yang tidak terlihat selama beberapa hari juga menjadi tanda akan adanya peristiwa alam.
Pengalaman seperti yang diungkapkan warga ini mendapat penegasan dari para peneliti. Misalnya diungkap oleh AM Suryanugraha, geolog dari universitas Pertamina yang menyatakan kemungkinan adanya pelepasan gas metan di jalur sesar yang dalam bisa membuat suhu menjadi panas sebelum terjadinya gempa bumi. Termasuk pula sesar yang melintas dibawah danau.
“untuk mengetahui apakah dibawah danau atau air ada gas metana cukup mudah. Jika kita bisa menemukan ada gelembung air bisa kita ambil dan menaruhnya di botol, lalu membawanya ke laboratorium untuk diteliti. Gelembung dari dalam air adalah tanda gamblang adanya gas metana dari bawah air”jelas AM Suryanugraha yang melakukan penelitian geologi di Sulawesi termasuk Poso.
Ekspedisi Poso sendiri akan menggabungkan berbagai disiplin ilmu mulai dari ilmu geologi hingga antropologi. Beberapa orang didalam tim ekspedisi Poso ini adalah mereka yang sudah berpengalaman melakukan ekspedisi, misalnya Trini Nirmalaningrum ketua tim ekspedisi Palu-Koro san Reza Permadi dari IAGI serta Neni Muhidin dari Nemubuku.
Sementara anggota tim ekspedisi Poso lainnya adalah tokoh-tokoh adat yang memiliki pengetahuan alam Poso khususnya danau Poso.
Sebagaimana kita ketahui, kabupaten Poso dilalui oleh 3 sesar aktif yakni sesar Poso yang membentang dari kota Poso ke mulut danau Poso, sesar Tokararu yang membentang dari Sausu ke arah kota Poso dan sesar Poso Barat yang melintas dari Tonusu kecamatan Pamona Puselembah ke desa Boe di kecamatan Pamona Selatan.